Catan ini berisi tulisan berbagai pemikiran dari penulis JAMRIN ABUBAKAR, seperti masalah tokoh lokal, persitiwa seni budaya, sastra dan sejarah. Berisi pula tentang informasi buku bacaan atau referensi yang sangat berfanfaat dalam menambah khazanah informasi Sulawesi Tengah
Jumat, 27 Januari 2012
Segera Terbit: Buku Berbagai Sisi Guru Tua
Nuansa Poso, Kamis 19 Januari 2012
PALU-Bagi warga Sulawesi Tengah nama SIS Aljufri (1889-1969)yang akrab disapa Guru Tua sangat familiar, namun secara dekat tidak semua orang tahu secara mendetail tentang sosok ketokohannya. Karena itulah Jamrin Abubakar menulis sebuah buku berjudul GURU TUA PAHLAWAN SEPANJANG ZAMAN.
Buku tersebut dalam waktu dekat akan terbit yang saat ini dalam proses cetak dan diterbitkan Ladang Pustaka Yogyakarta. “Buku ini ditulis dengan pendekatan jurnalistik, sangat mudah dipahami dengan keberagaman sisi tentang Guru Tua yang bersumber langsung dari anak, menantu dan murdid-muridnya,” kata Jamrin Abubakar selaku penulis.
Kata penulis, salah satu keistimewaan dalam buku tentang Guru Tua, adalah adanya kesaksian dalam bentuk wawancara atau pendapat yang diungkapkan penulis secara langsung dari murid-murid Guru Tua, namun saat ini sudah almarhum. “Di situlah keistimewaannya, ada banyak di antara murid-murid langsung yang menarik didengarkan ceritanya. Namun telah berpulang, sehingga buku ini tidak akan sama dengan buku-buku Guru Tua yang sudah ada, terutama soal narasumber yang tidak semua penulis pernah melakukan wawancara,” ungkap Jamrin Abubakar.
Guru Tua dengan nama lengkap Al-Alimul Allamah Al-Habib Sayed Idrus bin Salim Aldjufri (SIS Aldjufri) dikenal sebagai tokoh ulama kharismatik, pendiri Alkhairaat lembaga pendidikan terbesar dan tersebar di Sulawesi Tengah hingga ke berbagai kawasan Timur Indonesia. Kata Jamrin bicara Guru Tua ada banyak sisi bukan saja ulama yang bergerak di bidang pendidikan yang selama ini dikenal, melainkan juga sastrawan, pedagang, pecinta sepak bola, diplomat dan lainnya. Pada zamannya, Guru Tua yang melahirkan murid-murid dalam perjalanannya banyak yang menjadi ulama besar di Sulawesi Tengah.
Mereka itu pula menjadi “penyambung lidah” kearifan sang guru, memiliki kenangan manis yang cukup berkesan. Namun saat ini murid-muridnya sudah banyak yang berpulang ke Rahmatullah karena usia tua. Kenangan dan kisah yang pernah mereka jalani dan kemudia dikisahkan menjadi catatan menarik untuk diabadikan pada masa kini, sekecil apapun bagi penulis tetaplah bermakna.
Melalui dalam buku ini, penulis tampilkan riwayat Guru Tua yang telah menjadi legenda, walaupun sebetulnya sudah banyak yang menulisnya di media massa lokal. Terutama pada saat peringatan wafatnya setiap 12 Syawal tahun berjalan. Cuma saja yang membedakan, buku ini berisi wawancara tentang kisah Guru Tua dari muridnya yang paling dekat, seperti KH. Idrus Al Habsy dan KH. Nawawian Abdullah (keduanya sudah almarhum). Sejumlah pengalaman beberapa murid dan pengagumnya ditampilkan kembali dalam buku ini yang sebelumnya dipublikasikan di Koran Mingguan Alkhairaat (MAL).
Secara ringkas diperkenalkan pula tentang sosok seorang anak Guru Tua yang memimpin WIA (Syarifah Sa’adiah Aldjufri) dan cucu (Habib Saggaf bin Muhammad Adjufri) Guru Tua yang paling menonjol mewarisi sifat kepemimpinan memajukan dunia pendidikan. Bagi penulis tentu ada sisi-sisi lain yang menarik untuk ditulis kembali dalam bentuk buku yang mungkin terlewatkan bagi penulis lain.(nafi)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar