Oleh: Jamrin Abubakar
Berbagai cara dan upaya dilakukan pemerintah untuk meningkatkan budaya baca masyarakat. Salah satunya membentuk berbagai macam perpustakaan umum yang bisa melayani pengunjung setiap harinya, baik untuk meminjam buku atau sekedar membaca dan mencari bahan referensi yang dibutuhkan.
Bagi pelajar dan mahasiswa untuk mendapatkan bahan bacaan berupa buku, di masing-masing sekolah dan kampus disediakan pula perpustakaan. Koleksi yang tersedia pun beragam berdasarkan mata pelajaran atau mata kuliah sesuai jurusan yang ada. Semua itu sebagai upaya untuk menanamkan budaya baca masyarakat Indonesia, termasuk kalangan mahasiswa yang masih terbilang rendah ketimbang di negara-negara maju yang tingkat kesadarannya membaca cukup tinggi tanpa perlu dikampanyekan tentang pentingnya membaca.
Selain itu untuk mendekatkan bahan bacaan pada masyarakat, pemerintah menyediakan Perpustakaan Keliling dalam bentuk unit mobil yang mengunjungi warga di permukimannya. Ada pula kelompok baca anak-anak yang dilakukan taman-taman bacaan di kota-kota besar, hal ini biasanya dilakukan kalangan LSM yang peduli peningkatan budaya baca.
Tetapi yang namanya “Perpustakaan Pribadi atau Perpustakaan Keluarga,” sebagai salah satu cara untuk menumbuhkan budaya baca masyarakat, khususnya di lingkungan keluarga, belum begitu populer. Padahal cara ini merupakan langkah awal dan paling efektif untuk menciptakan budaya baca masyarakat yang kini masih rendah. Karena itu dalam kampanye budaya baca masyarakat, mestinya pemerintah tidak saja mempromosikan peran dan fungsi perpustakaan umum, tapi mesti melakukan penggalakan atau “gerakan perpustakaan keluarga.” Sebab bila dikonteksnya secara luas tentang slogan “Ibuku, Perpustakaan Pertamaku” yang dikampanyekan Badan Perpustakaan Daerah Propinsi Sulawesi Tengah, setidaknya hal itu selain bermakna diharapkan peran ibu rumah tangga sebagai pendidik awal untuk menumbuhkan budaya baca pada anaknya lewat tuturan cerita-cerita dan mengajarkan anak gemar membaca. Masalah pembentukan perpustakaan keluarga dapat juga direlevankan dengan slogan Ibuku, Perpustakaan Pertamaku. Perpustakaan keluarga merupakan perkenalan pertama tentang perpustakaan terhadap anak perlu ditanamkan sebagai cikal bakal menggemari kunjungan ke perpustakaan umum, seperti Perpustakaan Daerah Sulawesi Tengah yang terletak di Jalan Banteng No. 6 Palu.
Nah, di sinilah peran seorang ibu dituntut untuk mengawali adanya budaya baca dalam keluarga, salah satunya mendirikan perpustakaan dalam rumah sebagai cikal bakal tumbuhnya minat atau budaya baca pertama bagi anak-anak. Sebab suatu perilaku dan bakat yang tumbuh dalam diri anak-anak itu juga disebabkan dari didikan awal dari seorang ibu yang telaten sebelum melakukan interaksi sosial di sekolah atau di tengah masyarakat.
Dengan demikian, peran seorang ibu menanamkan anak-anak dan anggota keluarganya untuk gemar membaca sangatlah penting. Begitu pula peran seorang ibu dalam menyediakan perpustakaan dalam rumah, secara tidak langsung telah mengupayakan lahirnya minat baca yang tinggi. Apalagi memang seorang anak atau anggota keluarga yang minat bacanya sudah ada, cuma saja bahan-bahan bacaan yang tidak tersedia, sehinga mengakibatkan seseorang malas membaca apalagi untuk berkunjung ke perpustakaan. Sebagai alternatif, perpustakaan keluarga merupakan jalan keluar yang efektif untuk mengatasi persoalan-persoalan keterbatasan bahan bacaan di lingkungan keluarga.
Manfaat Perpustakaan Keluarga
Berdasarkan pengalaman penulis sendiri dalam membuat perpustakaan keluarga, memiliki beberapa manfaat sebagai berikut:
- Menjadi langkah awal mendekatkan anggota keluarga, terutama anak-anak untuk selalu gemar membaca sedini mungkin dengan adanya ketersediaan bahan bacaan dalam rumah.
- Mempermudah untuk mendapatkan bahan bacaan atau referensi yang dapat digunakan setiap saat diperlukan secepatnya baik anggota keluarga maupun relasi yang membutuhkan.
- Menjadi sarana dokumentasi berharga dan bernilai tinggi bagi keluarga yang bisa dimanfaatkan secara turun-temurun dalam lingkungan keluarga.
- Ikut memelihara dan melestarikan bahan pustaka sebagaimana fungsi perpustakaan pada umumnya, sebab kemungkinan suatu saat bahan koleksi pustaka yang dimiliki tersebut menjadi langka dan dikemudian hari banyak dicari peneliti atau pengarang untuk bahan riset dan lainnya.
- Dapat menjadi sarana pendidikan dan rekreasi intelektual keluarga dalam memanfaatkan waktu luang dengan membaca koleksi perpustakaan keluarga.
Demikian di antara beberapa fungsi perpustakaan keluarga yang penulis rasakan. Tidak menutup kemungkinan masih banyak fungsi lainnya sesuai dengan pengalaman dan kebutuhan pengguna jasa perpustakaan keluarga berdasarkan latar belakang sosial dan profesi seseorang.
Cara mendapatkan koleksi pribadi
Membuat perpustakaan keluarga, tidaklah mesti besar dan harus memiliki koleksi yang jumlahnya banyak sebagaimana koleksi di perpustakaan sekolah. Cukup sederhana saja dengan membuat atau memesan lemari atau rak kecil semisal berukuran 50 x 100 cm atau sesuai selera dan kemampuan dana. Lemari untuk perpustakaan pribadi dapat dibagi dalam tiga susun atau disesuaikan kebutuhan untuk menyimpan buku-buku, majalah, surat-surat kabar, kliping-kliping dan brosur-brosur.
Penempatannya pun dapat dipilih, apakah di ruang tamu, di ruang keluarga atau di dalam kamar selama tidak mengganggu kenyamanan. Sedangkan untuk mendapatkan bahan koleksi perpustakaan keluarga juga tidak perlu repot mengeluarkan banyak uang untuk membeli koleksi, melainkan dapat dilakukan secara bertahap sedikit demi sedikit.
Bahan bacaan tak mesti yang baru tapi dapat berupa buku bekas yang biasanya dijual di toko-toko buku dengan harga yang sangat murah. Di acara pameran buku-buku juga dapat dijadikan tempat pencarian koleksi buku yang berharga murah, tapi bernilai tinggi, demikian halnya di loakan banyak menyediakan buku-buku. Buku-buku loakan memang belum ada di Kota Palu, kecuali di kota besar seperti Jakarta terdapat banyak tempat penjualan buku loakan, siapa tahu secara kebetulan ke Jakarta, tak ada salahnya manfaatkan waktu mencari buku-buku bekas yang murah meriah, demi mengisi perpustakaan pribadi.
Memilih buku mesti jeli, biar bekas dan tua yang penting bermanfaat sebagai bahan bacaan keluarga. Dapat dilakukan dengan cara menghubungi kerabat atau kenalan yang kemungkinan memiliki buku-buku tua tapi tak lagi ia gunakan, dari pada buku mereka dimakan rayap, lebih baik diselamatkan untuk perpustakaan keluarga, kecuali kalau yang bersangkutan juga penggemar bacaan tentunya tak bisa ia berikan.
Selain itu ada pula cara gratis bisa dilakukan mendapatkan bahan bacaan yang bagus berupa buku dan majalah-majalah. Yaitu dengan menyurat ke kantor-kantor kedutaan besar (Kedubes) negara-negara sahabat (negara asing) yang ada di Jakarta dengan mengemukakan maksud dan tujuan dalam surat permintaan. Sebab keberadaan kedutaan asing itu, selain sebagai mitra pemerintah dalam soal diplomasi politik, juga sebagai wadah promosi kebudayaan mereka kepada masyarakat Indonesia. Nah, salah satunya dalam bentuk promosi lewat bahan bacaan buku-buku dan majalah dengan beragam tema, di antaranya buku-buku sejarah, politik, sastra, ekonomi dan lain-lainnya yang kebanyakan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Pengadaan koleksi dari kedutaan besar, saya sebagai penulis telah melakukan dan membuktikan dengan mendapatkan buku-buku novel, sejarah dan ilmu pengetahuan umum dari beberapa kedubes negara asing di Jakarta. Di antaranya dari Kedubes Amerika Serikat, Kedubes Jepang, Kedubes Mesir dan Kedubes Jerman pernah memberikan beberapa eksemplar dan jenis buku-buku, termasuk majalah tentang negara mereka dan karya-karya novelisnya, sehingga menjadi bahan koleksi perpustakaan keluarga.
Selain beberapa cara yang dipaparkan di atas, dapat pula mengisi perpustakaan keluarga dalam bentuk membuat kliping-kliping surat kabar dan majalah. Cara ini termasuk murah dan mudah, karena bahan-bahannya mudah didapatkan dengan membeli majalah dan surat kabar bekas yang harganya jauh lebih murah ketimbang masih baru. Atau dapat pula didapatkan dari orang-orang yang berlangganan surat kabar yang kemungkinan setelah mereka baca tak lagi dimanfaatkan. Maka, lebih baik digunakan sebagai bahan kliping dengan cara menggunting artikel-artikel atau tulisan yang terdapat di lembaran-lembaran surat kabar tersebut sesuai topik yang diinginkan.
Berbagai upaya mudah dan murah mengisi perpustakaan pribadi yang penulis sebutkan di atas dengan sendirinya, koleksi makin bertambah. Berarti adanya perpustakaan di rumah, memudahkan anggota keluarga mendapatkan bahan bacaan setiap saat guna mengisi waktu luang.
Sekali lagi, perpustakaan keluarga dapat dijadikan sumber bacaan alternatif untuk menumbuhkan budaya baca sedini mungkin pada anak-anak khususnya dan anggota keluarga umumnya, sehingga slogan; “Ibuku, Perpustakaan Pertamaku,” dapat ditambah; “Cintai keluarga dengan menyediakan perpustakaan dalam rumah.” *
(Penulis Jamrin Abubakar, seorang wartawan biasa)
(Tulisan ini merupakan Pemenang Pertama Lomba Menulis Artikel antarwartawan yang dilaksanakan Badan Perpustakaan Daerah Sulteng, 18 April 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar